- Oleh Evan Maulana
- 18, Nov 2024
Dalam bukunya, “The Stuff Games Are Made Of,” Pippin Barr mengkaji proses desain game dan potensi perbaikan dalam pengembangan game. Salah satu aspek yang ia selidiki adalah adaptasi film menjadi video game. Dia menggunakan contoh adaptasi game Atari 2600 dari “E.T. the Extra-Terrestrial” untuk mengeksplorasi tantangan dan peluang dalam mengadaptasi pengalaman sinematik ke dalam media interaktif.
"E.T." video game terkenal karena dianggap sebagai salah satu game terburuk yang pernah dibuat. Namun, Barr berpendapat bahwa itu mungkin berhasil menangkap esensi film tersebut dalam penggambarannya tentang perjuangan ET untuk pulang. Gameplay game yang membingungkan dan jatuh terus-menerus ke dalam lubang mencerminkan pengalaman alien di planet asing. Ini menyoroti pertanyaan apakah adaptasi yang baik juga bisa menjadi video game yang tidak populer.
Barr membahas hubungan lama antara video game dan film, dengan desain game yang terinspirasi dari bahasa audiovisual sinema. Namun, ada perasaan yang terus-menerus bahwa video game tidak sesuai dengan kualitas artistik film. Barr berpendapat bahwa pengembang game seringkali terlalu fokus pada replikasi teknik visual sinema, daripada mengeksplorasi aspek struktural dan filosofis yang lebih dalam. Mengadaptasi film menjadi video game hanya berdasarkan daya tarik visualnya sering kali mengarah pada pengalaman yang dangkal.
Penulis mengusulkan agar adaptasi video game harus merangkul peluang unik yang ditawarkan oleh kedalaman emosional sinema, representasi spasial, metafora, dan banyak lagi. Dengan mempelajari elemen struktural dan filosofis film, video game dapat menciptakan pengalaman yang lebih bermakna dan transformatif. Barr menyarankan untuk mengeksplorasi adaptasi film sebagai sarana untuk memahami hubungan antara bentuk media dan membuka potensi video game untuk dianggap seni.
Kesimpulannya, adaptasi video game dari film seringkali tidak sesuai harapan karena fokus pada elemen visual yang dangkal. Untuk membuat adaptasi game yang benar-benar berdampak, developer harus mengeksplorasi aspek sinema yang lebih dalam dan memanfaatkan kekuatan emosional dan simboliknya. Dengan demikian, video game dapat berkembang sebagai bentuk seni dan menciptakan pengalaman yang menyaingi pengaruh sinema.
Belum ada komentar.